Selasa, 16 Juni 2009

Kebijakan Pemerintah Provinsi DIY di Bidang Kebudayaan

SEJARAH KOTA YOGYAKARTA










Frame1



 


Frame2























VISI
KOTA YOGYAKARTA


Terwujudnya
Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan yang berkualitas, Pariwisata
yang berbudaya, pertumbuhan dan pelayanan jasa yang prima, ramah
lingkungan serta masyarakat madani yang dijiwai semangat Mangayu
Hayuning Bawana


 






MISI
KOTA YOGYAKARTA



  1. Menjadikan
    dan mewujudkan lembaga pendidikan formal, non formal dan sumber daya
    manusia yang mampu menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi serta
    kompetitif dalam rangka mengembangkan pendidikan yang berkualitas.


  2. Menjadikan
    dan mewujudkan pariwisata , seni dan budaya sebagai unggulan daerah
    dalam rangka mengembangkan kota sebagai kota pariwisata yang
    berbudaya.


  3. Menjadikan
    dan mewujudkan Kota Yogyakarta sebagai motor penggerak pertumbuhan
    dan pelayanan jasa yang prima  untuk wilayah Propinsi Daerah
    Istimewa Yogyakarta dengan mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan .


  4. Menjadikan
    dan mewujudkan masyarakat yang menyadari arti pentingnya kelestarian
    lingkungan yang dijiwai semangat ikut memiliki/handarbeni.


  5. Menjadikan
    dan mewujudkan masyarakat demokrasi yang dijiwai oleh sikap
    kebangsaan Indonesia yang berketuhanan, berkemanusiaan yang adil dan
    beradab, berkerakyatan dan berkeadilan sosial dengan semangat
    persatuan dan kesatuan.















Frame3






Frame4



LAMBANG
KOTA YOGYAKARTA



























































































































Dasar
Hukum



 



Ketetapan
DPRD Nomor 2 Tahun 1952 tentang Penetapan Lambang Kota Praja
Yogyakarta



Makna
Lambang



1.



a.



Perbandingan
ukuran 18 : 25 , untuk memperingati tahun permulaan perjuangan
Pangeran Diponegoro di Yogyakarta (tahun 1825)



 



b.



Warna
Hitam : Simbol Keabadian



 



 



Warna
Kuning dan Keemasan : Simbol Keluhuran



 



 



Warna
Putih : Simbol Kesucian



 



 



Warna
Merah : Simbol Keberanian



 



 



Warna
Hijau : Simbol Kemakmuran



2.



Mangayu
Hayuning Bawono : Cita-cita untuk menyempurnakan masyarakat



3.



a.



Bintang
Emas : Cita-cita kesejahteraan yang dapat dicapai dengan usaha
dibidang kemakmuran



 



b.



Padi
dan kapas: Jalan yang ditempuh dalam usaha kemakmuran pangan dan
sandang



4.



Perisai
: Lambang Pertahanan



5.



Tugu
: Ciri khas Kota Yogyakarta



6.



a.



Dua
sayap : Lambang kekuatan yang harus seimbang



 



b.



Gunungan
: Lambang kebudayaan



 



 



-



Beringin
Kurung : Lambang Kerakyatan



 



 



-



Banteng
: Lambang semangat keberanian



 



 



-



Keris
: Lambang perjuangan



7.



Terdapat
dua sengkala



 



a.



Gunaning
Keris Anggatra Kota Praja : Tahun 1953 merupakan tahun permulaan
pemakaian Lambang Kota Yogyakarta



 



b.



Warna
Hasta Samadyaning Kotapraja : Tahun 1884



Frame5







 


Frame6








 






Kamis, 04 Juni 2009

BEDHAYA "TUNJUNG ANOM"

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono VIII
Jumlah Penari
9 (sembilan ) orang putri
Komposisi

0 0
6 8
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
0 0
7 9

Nama Posisi Penari
1.Endhel Pajeg
2.Batak
3.Jangga
4.Dhadha
5.Bunthil
6.Apit Ngajeng
7.Apit Wingking
8.Endhel Wedalan Ngajeng
9.Endhel wedalan Wingking
Property
Pistol
Sekilas Cerita
Mengisahkan tentang Prabu Harjuna Sosrobahu raja negara Maespati yang melamar Dewi Citrawati puteri raja negara Manggada . Sumantri diutus untuk melamarkan dan berhasil memboyong Dewi Citrawati, setelah dapat menaklukan yang juga melamar sang Dewi .
Setelah berhasil Sumantri ingin mencoba kesaktian Prabu Harjuna Sasrabahu , akan tetapi dapat ditaklukan oleh sang Prabu. Akhirnya Dewi Citrawati tetap menjadi isteri Prabu Harjuna Sosrobahu dan Sumantri dijadikan patih negara Maespati
Tata Pakaian
Pada jaman dahulu Tata pakaian Bedhaya seperti pada tata Pakaian pengantin Basahan ( Kebesaran ). Sekarang ini terdiri atas :
- Hiasan kepala dengan jamang
- Telinga memakai Ron
- Cundhuk menthul
- Cundhuk jungkat
- Risolin
- Pelik
- Ceplok jebehan
- Kondhe dengan bentuk gelung bokor
- Godhegan
- Kalung susun
- Kelat Bahu
- Gelang kana 1 (satu) pasang
- Subang 1 (satu) pasang
- Cincin 1 (satu) pasang
- Baju tanpa lengan dari bahan beludru
- Sondher (sampur ) Cindhe
- Slepe berwarna emas
- Keris bentuk branggah, dengan oncen
- Kain batik biasanya bercorak parang rusak
Tata Iringan
- Gending Ladrang atau sabrangan
- Kendhangan Soroyuda
- Ketawang , Ayak-ayak , Srepegan
Keterangan
Komposisi tari Bedhaya tersebut dengan istilah lajuran , yang merupakan bentuk badan manusia. Tari ini merupakan koleksi Kraton Yogyakarta.

BEDHAYA "SINOM"

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono V
Tahun
1921-1939
Jumlah Penari
9 (sembilan ) orang putri
Komposisi

0 0
6 8
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
0 0
7 9

Nama Posisi Penari
1.Endhel Pajeg
2.Batak
3.Jangga
4.Dhadha
5.Bunthil
6.Apit Ngajeng
7.Apit Wingking
8.Endhel Wedalan Ngajeng
9.Endhel Wedalan Wingking
Property
Dhuwung ( Keris )
Sekilas Cerita
Mengisahkan Dewi Widaninggar dan Dewi Widaningrum yang akan membalas dendam atas kematian Dewi Adaninggar oleh Dewi Kelaswara , akan tetapi mereka dapat dikalahkan oleh senopati negara Koparman.
Tata Pakaian
Pada jaman dahulu Tata pakaian Bedhaya seperti pada tata pakaian pengantin Basahan ( Kebesaran ). Sekarang ini terdiri atas :
- Hiasan kepala dengan jamang
- Telinga memakai Ron
- Cundhuk menthul
- Cundhuk jungkat
- Risolin
- Pelik
- Ceplok jebehan
- Kondhe dengan bentuk gelung bokor
- Godhegan
- Kalung susun
- Kelat Bahu
- Gelang kana 1 (satu) pasang
- Subang 1 (satu) pasang
- Cincin 1 (satu) pasang
- Baju tanpa lengan dari bahan beludru
- Sondher (sampur ) Cindhe
- Slepe berwarna emas
- Keris bentuk branggah, dengan oncen
- Kain batik biasanya bercorak parang rusak
Tata Iringan
- Gending Ladrang atau sabrangan
- Kendhangan Soroyuda
- Ketawang , Ayak-ayak , Srepegan
Keterangan
Komposisi tari Bedhaya tersebut dengan istilah lajuran , yang merupakan bentuk badan manusia. Tari ini merupakan koleksi Kraton Yogyakarta.

BEDHAYA "KUWUNG-KUWUNG"

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono VII
Jumlah Penari
9 (sembilan ) orang putri
Komposisi

0 0
6 8
0 0 0 0 0
1 2 3 4 5
0 0
7 9

Nama Posisi Penari
1.Endhel Pajeg
2.Batak
3.Jangga
4.Dhadha
5.Bunthil
6.Apit Ngajeng
7.Apit Wingking
8.Endhel Wedalan Ngajeng
9.Endhel Wedalan Wingking
Property
Dhuwung ( keris )
Sekilas Cerita
Pada waktu Sri Sultan Hamengku Buwono VII menerima Bintang kehormatan dari pemerintah Belanda
Tata Pakaian
Pada jaman dahulu Tata pakaian Bedhaya seperti pada tata pakaian pengantin Basahan ( Kebesaran ). Sekarang ini terdiri atas :
- Hiasan kepala dengan jamang
- Telinga memakai Ron
- Cundhuk menthul
- Cundhuk jungkat
- Risolin
- Pelik
- Ceplok jebehan
- Kondhe dengan bentuk gelung bokor
- Godhegan
- Kalung susun
- Kelat Bahu
- Gelang kana 1 (satu) pasang
- Subang 1 (satu) pasang
- Cincin 1 (satu) pasang
- Baju tanpa lengan dari bahan beludru
- Sondher (sampur ) Cindhe
- Slepe berwarna emas
- Keris bentuk branggah, dengan oncen
- Kain batik biasanya bercorak parang rusak
Tata Iringan
- Gending Ladrang atau sabrangan
- Kendhangan Soroyuda
- Ketawang , Ayak-ayak , Srepegan
Keterangan
Komposisi tari Bedhaya tersebut dengan istilah lajuran , yang merupakan bentuk badan manusia . Tari ini merupakan koleksi Kraton Yogyakarta.

SRIMPI "RENGGOWATI"

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono V
Tahun
1823-1855
Jumlah Penari
5 (lima ) orang putri
Property
Boneka Burung Belibis
Sekilas Cerita
Mengkisahkan tentang Prabu Anglingdarma yang karena kutukan Dewa menjadi burung Belibis putih dalam pengembaraannya ia mencari titisan Dewi Setyawati isterinya yang telah meninggal dunia dengan membakar diri . Sampailah ia ke taman Bojonegara dan bertengger diatas pohon Sumarsana wilis . Secara kebetulan pada saat itu Dewi Renggowati sedang bercengkerama ditaman dan tertarik burung Belibis putih tersebut . Segeralah burung ditangkapnya, diembannya dibawa keperaduan . Akhirnya burung Belibis putih berubah kembali keasalnya yaitu Prabu Anglingdarma, dan dewi Renggowati memang benar titisan Dewi Setyawati isterinya .
Tata Pakaian
- Hiasan Kepala dengan jamang
- Telinga dengan Ron
- Cundhuk Menthul
- Cundhuk Jungkat
- Risolin
- Pelik dari kertas dan ketep
- Ceplok, jebehan
- Kondhe dengan bentuk gelung Bokor
- Godhegan
- Kalung susun
- Kelat bahu
- Gelang kana 1 (satu) pasang
- Subang 1 ( satu) pasang
- Cincin
- Baju tanpa lengan dari bahan beludru
- Sondher (sampur ) Cindhe
- Slepe berwarna emas
- Keris bentuk branggah dengan Oncen
- Kain batik biasanya bercorak Parang Rusak
Tata Iringan
- Gendhing Ladrangan atau sabrangan
- Kendhangan Soroyudo
- Ketawang , ayak-ayak srepegan

GUNTUR SEGARA

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono I
Tahun
1755-1792
Jumlah Penari
4 ( empat ) orang putra
Property
Tameng dan Gada / Bindi
Sekilas Cerita
Mengambil lakon dari wayang Gedho atau ceritera Panji yakni ketika Raden Joyoseno seorang putera raja jenggala dari Ibu Dewi Wandansari , menghadap ayahnya agar diakui sebagai Puteranya . Akan tetapi raja Jenggala belum mau mengakui Joyoseno sebagai puteranya sebelum dapat mengalahkan putera Raden Brojonoto yang bernama Raden Guntur Segara. Di dalam perkelahian itu kedua kesatria tak ada yang kalah maupun menang . Akhirnya Raden Joyoseno diakui sebagai Putera raja Jenggala .
Tata Pakaian
  • Irah- irahan dengan Tepen Kodhok Bineset, Cunduk berwarna emas dan rambut yang diklabang
  • Telinga dengan Grompolan
  • Kelat bahu
  • Kalung Tanggalan
  • Kaweng Cindhe
  • Sabuk dan Bara Cindhe
  • Kamus dan Kretep
  • Sondher Cindhe
  • Celana Cindhe bentuk Panji-panji
  • Kain Batik bercorak poleng
  • Buntal
  • Keris berbentuk gayaman , dengan oncen
Tata Iringan
Maju dengan lagon , ngelik slendro patet Manyuro. Gendhing liwung untuk maju gendhing. Enjer dengan gendhing Kala Ganjur laras slendro patet manyuro
Keterangan
Tarian dengan ragam Tari Gagah Kambeng. Tari ini merupakan koleksi Kraton Yogyakarta.

BEKSAN TUGU WASESA

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono I
Tahun
1755-1792
Jumlah Penari
4 (empat ) orang putra
Property
Tombak
Sekilas Cerita
Dari siklus Panji , menggambarkan perang antara Prabu Tuguwasesa seorang raja negara Jenggala melawan Prabu Dasalengkara seorang raja Negara Pudak setegal , diakhiri dengan kemenangan Prabu Tuguwasesa
Tata Pakaian
- Irah-irahan dengan Songkok berhiasan benang emas
- Telinga dengan Sumping Mangkara memakai Oncen
- Kelat Bahu
- Kalung Tanggalan
- Kaweng Cindhe
- Sabuk dan Boro Cindhe
- Kamus dan Kretep
- Sondher ( sampur ) Cindhe
- Celana Cindhe bentuk Panji-panji
- Kain batik bercorak Parang rusak Barong gurdha
- Buntal
- Keris bentuk Gayaman memakai oncen
Tata Iringan
- Lagon Ngelik Laras slendro Pathet Manyuro
- Gending Rino- rino laras slendro Pathet Manyuro
- Gendhing Sumirat laras Slendro Pathet Manyuro untuk maju gendhing
- Gendhing Gajah Tama laras slendro pathet Manyuro untuk enjeran
- Perang dengan gendhing kala Ganjur laras slendro pathet Manyuro
Keterangan

Tarian ini dengan ragam tari Gagah Kalang Kinantang. Tari ini merupakan koleksi Kraton Yogyakarta.

GOLEK "PAMULARSIH"

Jumlah Penari
1 ( satu ) orang
Sekilas Cerita
Menggambarkan remaja putri yang sedang merias diri
Tata Pakaian
- Hiasan kepala memakai Jamang
- Telinga dengan sumping
- Cundhuk Menthul
- Cundhuk Jungkat
- Pelik dari kertas dan ketep
- Ceplok , jebehan
- Kondhe dengan Sinyong
- Godhegan
- Kalung Tanggalan
- Sepasang kelat bahu
- Sabuk
- Sondher ( sampur ) Cindhe
- Kain Batik parang rusak
- Baju tanpa lengan dari bahan beludru
Tata Iringan
Gendhing Pamularsih

LAWUNG AGENG

Pencipta
Sri Sultan Hamengku Buwono I
Tahun
1755-1792
Jumlah Penari
16 (enam belas ) orang
Nama Posisi Penari
- Lawung jajar
- Lawung Lurah
- Botoh
- Salaotho
- Ploncon
Property
Lawung ( Tongkat panjang dengan ujung tumpul )
Sekilas Cerita
Menggambarkan para prajurit yang sedang latihan perang sambil menunggang kuda dengan senjata Lawung. Akan tetapi dibalik , secara visual menggambarkan latihan perang prajurit ada nilai filosofinya , yaitu menggambarkan suami isteri yang memadu kasih atas dasar itu tari Lawung di Kraton Yogyakarta selalu dipentaskan pada upacara temu pengantin
Tata Pakaian
- Irah-irahan dengan tephen kondhe Bineset, belakang dengan hiasan bunga yang diletakkan pada cundhuk berwarna emas dan rambut yang diklabang
- Telinga dengan grompolan
- Kelatbahu bentuk Candra Kiranan sepasang
- Kalung Tanggalan
- Kaweng Cindhe
- Sabuk dan bara Cindhe
- Kamus dan Kretep
- Sondher ( sampur ) Cindhe
- Celana Panji- Panji Cindhe
- Kain Batik Corak poleng

LANGENDRIYA "DAMARWULAN KROMO"

Pencipta
K.G.P.A.A Mangkubumi Putera Sri Sultan Hamengku Buwono VI
Tahun
1876
Komposisi
Dilakukan dengan posisi jongkok dengan dialog dan tembang Macapat dan tembang tengahan ,diselingi dengan dialog biasa
Sekilas Cerita
Mengambil dari serat Damarwulan yang mengisahkan perjalanan hidup Damarwulan,setelah Damarwulan berhasil membunuh Menakjinggo seorang Adipati Blambangan , ia dijadikan raja di negara Majapahit dengan gelar Prabu Brawijaya serta Dewi Kencana Wungu sebagai Permaisurinya
Tata Pakaian
Kostum Penari

KLONO TOPENG

Jumlah Penari
1 (satu) orang
Property
Topeng
Sekilas Cerita
Diambil dari siklus Panji Yang menggambarkan Prabu Klono Sewandono Jatuh cinta pada Dewi Candrakirana seorang putri Raja Kediri , karena sedang dirundung asmara maka ia selalu merias dirinya , ini tergambarkan pada ragam dan gerak tari yang menggambarkan orang yang sedang merias dirinya
Tata Pakaian
-Irah- irahan dengan bentuk tekes
-Topeng berwarna merah tua
-Telinga memakai sumping , oncen
-Kalung Tanggalan
-Sepasang kelat bahu
-Kaweng Cindhe
-Sabuk dan Bara Cindhe
-Kamus dan kretep
-2 (dua) sondher ( satu dikalungkan )
-Celana Cindhe bentuk Panji-panji
-Buntal
-Kain batik corak Barong Gurdha
-Keris branggah , dikewal
-Oren rambut
Tata Iringan
Gendhing Bendrong bisa laras Slendro atau Pelo